Saturday, 4 June 2011

HOme AlOne '' Sendiri tapi Happy"

Jadi penunggu rumah alias sendirian? Bosen dirumah sendirian ? Nih tips dari gua biar ga bosen di rumah : 
 

1. Nonton Film
Mumpung lagi sendirian dirumah, kamu bisa melakukan berbagai aktivitas yang selami ini nggak bisa kamu lakukan. Tapi bukan aktivitas negatif lho. Nonton film dari vcd maupun dvd pasti bikin kamu senang. Apalagi kalau film komedi atau kartun, dijamin bakal have fun deh. Untuk menemani nonton, kamu bisa siapkan camilan favoritmu. Hmmm pasti tambah asyik!


2. Baca Buku
Kalau kamu tidak terlalu suka nonton film, mungkin membaca bisa jadi pilihan. Coba tengok lagi rak buku kamu, siapa tahu ada buku or novel yang belum selesai kamu baca. Mumpung sendirian and nggak ada kerjaan, nggak ada salahnya kalau kamu baca buku yang belum kamu baca. Selain bisa melewati waktu dengan asyik, baca buku bisa bikin kamu tambah pinter juga.


3. Dengerin Musik
Wah aktivitas ini sepertinya juga asyik dijadikan pilihan menemani waktu sendirian. Asyiknya lagi, sambil dengerin musik kamu juga bisa melakukan aktivitas yang lain seperti olah raga, bersihin kamar, nulis-nulis dan lain-lain.


4. Genit-Genitan
Buat kamu para cewek yang hobi banget dandan atau mempercantik diri, sendirian bisa jadi hal yang paling asyik. Gimana enggak, kamu bisa nongkrong di depan cermin selama berjam-jam tanpa ada yang gangguin. Kamu juga bisa nyobain berbagai macam make-up, asesoris dan baju yang kamu suka. Siapa tahu kamu bakal nemuin style yang oke buat ke pesta.


5. Main Internet
Kalau di rumah kamu ada fasilitas internet, nongkrongin yang satu ini oke juga. Selain chatting kamu juga bisa browsing informasi yang kamu suka, misalnya informasi tentang film, buku, gosip terhangat atau yang lain. Pasti nggak Tapi ingat, jangan mengunjungi situs-situs yang berbau porno ya. 


6. Bikin-bikin
Bikin makanan favorit atau pernak-pernik bisa juga jadi pilihan untuk mengisi waktu sendirian kamu. Selain bisa dipakai sendiri kalau hasil karya kamu bagus, kamu bisa menjualnya lho. Siapa tahu kegiatan itu bisa jadi kegiatan sampingan yang menghasilkan uang.


7. Merawat Diri
Udah lama nggak maskeran atau potong kuku. Saat lagi nggak banyak orang gini kamu bisa ngelakuin aktivitas ini dengan lebih leluasa. Sambil maskeran kamu bisa juga melakukan creambath ala rumah. Nggak hanya itu saja, kaki kamu yang lelah juga layak direndam air hangat untuk bikin kamu lebih rileks dan fit. Setelah itu, rapihkan jari kaki dan tangan, oleskan body lotion ke seluruh badan, hmmm.. selain harum kamu jadi tambah oke.


8. main game 
main game meruapakan salah satu alternatif menarik bagi kamu yang sendirian dirumah , dan kamu pasti tertantang banget buat mencapai level akhir . 

Jadi, ngapain harus bete, karena sendirian bukan berarti nggak bisa happy kan? So , selamat mencoba ^^

aih , Janji Gombal.. !


Seorang murid bertanya kepada ustadz yang membimbingnya ke arah pemahaman spiritual.


"Mengapa zaman sekarang banyak orang suka mengumbar janji, Guru?"


"Karena banyak orang merasa sok kuasa. Mereka merasa mudah berkata akan melakukan ini-itu, tanpa takut ditagih oleh orang-orang yang diberi janji, karena banyak cara untuk menghindar. Antara lain rekayasa dan lempar batu sembunyi tangan," jawab gurunya.


"Padahal keharusan menepati janji merupakan perintah Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya: Tepatilah janji, sesungguhnya janji itu akan ditagih (QS. Israa': 34)."


"Justru karena perintah Allah SWT manusia suka mengabaikannya. Sekarang ini lebih banyak orang berani melanggar hukum Allah daripada melanggar hukum manusia."

Friday, 3 June 2011

Cintai aku Hari ini ..

Hari ini mungkin akan ada tangis lagi. Walau sampai habis air mata, tapi tak mengapa. Karena aku mengiba cinta.


Pernah merasakan kerinduan yang teramat sangat? Kerinduan untuk mendapatkan cinta. Saat itu seolah hati merana tak berjiwa. Seperti hampa. Tak berdaya. Namun kehidupan ini memaksanya untuk tetap ada.


Kemarin, saya melihat seorang anak menangis di hadapan ibunya. Ia sepupu saya sendiri. Beberapa menit sebelum tangisannya, si ibu memarahinya. Dan hampir juga memukuli. Baru kutahu bahwa si ibu telah meninggalkannya seharian penuh. Entah ke mana. Ia ditinggal di rumah hanya berdua dengan pembantu. Seperti biasa setiap kali ibunya pergi. Ibunya berkata, ia makin hari makin nakal. Baginya, bila ia telah sanggup menyampaikan rasa, hari itu ia rindu ibu.


Setiap diri kita pasti butuh cinta. Dan kebutuhan itu terlihat nyata dari perilaku kita, ataupun tersembunyi lewat kata. Entah dinyatakan secara jelas, entah sekedar tersirat hadirnya. Mungkin pula hanya berupa rasa rindu yang menggelora tanpa kuasa meminta. Cinta itu fitrah adanya.


Beberapa waktu lalu, saya pernah berselisih dengan seorang sahabat yang telah saya kenal semenjak sepuluh tahun lamanya. Menurut saya, ia telah melakukan kesalahan, dan saya menegurnya. Menurutnya, ia hanya mengikuti kata hatinya, dan tak rela atas teguran saya.


Saat itu saya berpikir, kalau hari itu tak saya tegur ia, maka saya telah berdosa karena telah membiarkannya larut dalam perasaannya sedang ia tak memperhatikan lagi batas perilakunya. Saya tak lagi sempat berpikir bahwa mungkin saja ia telah salah menangkap maksud saya. Padahal saya hanya ingin memberitahunya sesuatu, bahwa saya cinta. Semua perkataan saya, adalah cinta saya kepadanya.


Seringkali tak sanggup diri kita untuk memperhatikan lagi rambu-rambu dalam bercinta. Oleh sebab perasaan itu telah kuat adanya. Otak ini serasa beku tak kuasa, sedang hati telah terguratkan olehnya.


Ada seorang istri yang marah pada suaminya. Setiap kalimat yang keluar darinya, tak lain hanyalah cercaan belaka. Ia berkata, tak lagi ada rasa percaya. Kita yang mendengarnya, mungkin akan berpikir bahwa ia tak lagi cinta. Tetapi nyatanya tak seperti itu. Sebab waktu akan membuktikan bahwa rasa itu tetap ada. Saat suaminya jatuh sakit, terlihat dari kecemasannya. Saat suaminya terlelap lelah dalam tidurnya, ia memperhatikan dan setia di sampingnya.


Kadangkala, kalimat yang kita ucapkan tak melulu mewakili perasaan yang sebenarnya. Seringkali hati lah yang bisa berbicara, namun mulut ini tak sanggup mengutarakannya. Keinginan untuk dicintai itu telah terpendam jauh di pelosok kalbu.


kita telah melakukan apa saja untuk mendapatkan cinta. Dari ayah dan ibu kita, teman dan sahabat, suami, anak, istri, dan siapa saja yang dekat dengan diri kita..

Apakah anda Sadar ?

Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu kedepan, pandanglah masa depan kita.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua sisi. Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah.

Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya. Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita, pikiran kita dan ide kita. Dan apa yang anda pikiran dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan.

Kita lahir dengan 2 mata, 2 telinga tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.

Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh didalam tulang iga kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.

Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah...

Hujan Turun Lagi !!

Musim hujan datang lagi. Entah itu pagi, siang, sore ataupun malam, air dari langit itu seolah tanpa bosan mengunjungi bumi. Seperti sore ini, tanah di halaman depan sudah tergenang air meski hujan tidak terlalu deras. Di balik jendela kamar, anak-anak kecil berlarian sambil bersorak riang. Ada yang bermain kapal-kapalan, ada yang menunggu kucuran air di bawah atap rumah, dan ada pula yang berdiri manis di bawah payung sambil memperhatikan teman-temannya bermain. Mereka tampak bergembira. Tak ada yang mereka khawatirkan. Bahkan, mereka sepertinya tidak takut terserang flu atau demam. Bahagia sekali kelihatannya.

Saya jadi teringat akan masa kanak-kanak saya. Waktu itu, saya sangat menyenangi musim hujan karena pada saat-saat itulah saya merasa sangat dekat dengan ibunda. Bagaimana tidak, di saat udara begitu dingin menusuk tulang, tidak ada lagi kenyamanan yang saya rasakan selain membenamkan diri dalam hangatnya pelukan ibunda. Terlebih lagi jika suara petir tiba-tiba menggelegar memecah keheningan angkasa, pelukan ibu saya makin erat seolah meyakinkan saya bahwa semuanya baik-baik saja dan saya akan aman bersama beliau. Otak kanak-kanak saya menerjemahkan saat-saat seperti itulah yang disebut kebahagiaan.

Dan kebahagiaan mungkin juga menjadi milik para tukang ojek payung sore ini. Tukang ojek yang sebagian besar masih berusia belia ini memburu orang-orang yang tidak sempat menyediakan payung sebelum hujan. Bermodalkan beberapa buah payung, mereka dapat mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit untuk menambah pemasukan keluarganya.

Sebaliknya, musim hujan tidak begitu menguntungkan bagi penjual es krim yang berlalu lalang di kompleks perumahan ini. Temperatur udara yang rendah membuat selera pelanggannya lebih condong pada makanan dan minuman yang panas untuk menghangatkan badan. Tak jarang penjual es krim itu 'tutup' dulu sementara waktu atau mencari alternatif barang dagangan lain.

Hujan ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi hujan menjadi berkah bagi beberapa dari kita, tapi di sisi lain hujan bisa saja dianggap sebagai hal yang kurang menyenangkan oleh saudara-saudara kita yang lain.

O, iya. Tadi pagi saya membaca berita di koran tentang bencana banjir yang melanda sebuah daerah di tanah air. Guyuran air dari langit yang tanpa henti membuat sungai yang mengalir di tengah kota itu tak kuasa lagi menampung muatan. Beberapa kepala keluarga harus membawa anak dan istrinya ke tempat yang lebih aman. Murid-murid di beberapa sekolah terpaksa diliburkan karena ruang kelas mereka digenangi air hingga selutut manusia dewasa. Selain kota tersebut, masih ada beberapa kota lagi yang didatangi banjir.

Lalu bagaimana kabar mereka yang berada di ujung utara tanah Andalas saat ini? Tak akan hilang dalam ingatan kita bagaimana dahsyatnya kesedihan menghempaskan penduduk Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara akhir tahun lalu. Daratan luluh lantak akibat goncangan gempa tektonik dan serbuan gelombang besar dari samudera. Banyak sekali anak yang menjadi yatim piatu dalam sekejap mata. Istri terpisah dari suaminya. Pemukiman porak-poranda. Murid-murid kehilangan guru dan sekolahnya. Betapa memilukan! Air mata karena tsunami belumlah kering sempurna, sekarang mereka harus bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan buruk akibat musim hujan. Banjir mulai mengancam beberapa daerah topografi rendah. Penyakit menular juga sudah menjangkiti kamp-kamp pengungsi. Ya Rabbi, tabahkanlah mereka!

Apakah kita pernah berpikir bahwa Allah berlaku tidak adil karena tega menimpakan musibah besar pada sebagian ummat-Nya, bahkan kepada mereka yang sudah terpuruk sekalipun? Tidak. Jangan sekali-kali berpikir seperti itu! Dia selalu Maha Adil pada ciptaan-Nya. Dia menyayangi ummat-Nya jauh melebihi seorang ibu yang menyayangi anaknya. Ketahuilah, Rasulullah yang sangat dicintai-Nya pun tidak kalah menderita menjalani hidup. Sebelum lahir ke dunia, ayah beliau wafat. Pada masa kanak-kanak, beliau harus kehilangan ibunda dan kakek yang tercinta. Sejak kecil beliau sudah mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini belum berakhir! Masih banyak episode selanjutnya yang diwarnai oleh kesedihan dan penderitaan.

Kita mungkin membenci sesuatu padahal itu sebenarnya baik untuk kita, sebaliknya kita juga mungkin menyukai sesuatu yang sebenarnya buruk bagi kita. Berprasangka baiklah pada Allah. Apa yang kita peroleh sekarang adalah hal terbaik yang diberikan-Nya sampai saat ini. Percayalah, Allah Maha Mengetahui skenario yang terbaik untuk kita, tak terkecuali saudara-saudara kita yang tertimpa musibah itu.

Teman, ketika hujan turun, adalah suatu hal yang manusiawi jika kita membayangkan nikmatnya semangkok bakso atau segelas minuman hangat. Tapi pernahkah terlintas dalam pikiran kita bahwa di suatu tempat dan pada saat yang sama, ada anak Adam yang tidak sanggup lagi memikirkan apapun? Tak satupun kecuali bertahan hidup!

Lihatlah, di negeri seribu satu malam, penderitaan seperti tak kunjung berakhir. Serangan bom mengancam di mana-mana. Mesjid-mesjid tinggal puing. Nyaris semua bangunan rata dengan tanah. Keselamatan jiwa raga penduduknya juga tergadaikan. Duka seakan tak pernah hilang menyelimuti hari-hari mereka.

Saksikanlah, tak hanya orang dewasa, anak-anak Palestina pun harus bermain kucing-kucingan dengan desingan peluru dan senjata-senjata canggih. Dan bukan kabar baru lagi bahwa mereka ikut meramaikan gerakan Intifadhah sejak jilid Al Hijaroh sampai jilid Al Aqsho ini.

Ah, tulisan ini tak akan ada habisnya jika disebutkan satu persatu keadaan mereka yang berada di Bosnia, Chechnya, Sudan, Afganistan, Kashmir, Thailand Selatan, Poso, Alor, Nabire, dan tempat-tempat lainnya.

Di sini, kita mungkin berbahagia. Di tempat lain, ada saudara kita yang mendambakan kebahagiaan, namun tak mampu merasakannya. Allah bukannya tidak ada maksud dengan memperlihatkan musibah yang menimpa mereka itu kepada kita. Sadarilah bahwa Allah sebenarnya mengirimkan sebuah pesan bahwa kebahagiaan mereka akan datang salah satunya melalui kita, saudara-saudaranya. Tidakkah kita ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain? Tidakkah kita menginginkan kesempurnaan iman?

Pilih Pacaran ? atau Ta'aruf ?


Jaman sekarang gampang banget ketemu sama orang yang lagi pacaran. Di jalan, mal, kampus, di mana-mana. Apalagi sekarang kan ada acara TV yang nyomblang-in orang sampai ke pengeksposean pernyataan cinta segala.

Sebetulnya apa sih pacaran itu? Biasanya kalau ada cowok dan cewek saling suka, salah satunya nyatain dan yang lainnya terima, itu berarti udah pacaran. Buat sebagian orang pacaran itu isinya jalan berdua, makan, nonton, curhat-curhatan. Pokoknya just for fun lah! Ada juga orang-orang tujuannya untuk lebih mengenal sebelum pernikahan.

Sebagai umat Islam kita perlu lho mengkritisi apakah “praktek pacaran” yang banyak dilakukan orang ini sesuai atau tidak dengan aturan-aturan dalam Islam.

Pertama, orang kalo lagi pacaran maunya berdua terus. Ah yang bener, iya apa iya. Beberapa hari enggak ditelpon udah resah, seharian enggak di sms udah kangen. Begitu ketemu pengen memandang wajahnya terus, wah pokoknya dunia serasa berbunga-bunga. Apalagi kalau pakai acara mojok berdua, di tempat sepi mesra-mesraan. Waduh, hati-hati deh, soalnya Rasulullah SAW bersabda, “ Tiada bersepi-sepian seorang lelaki dan perempuan, melainkan syetan merupakan orang ketiga diantara mereka.”

Kedua, kalau lagi pacaran rasanya seperti dimabuk cinta. Lupa yang lainnya. Dunia serasa milik berdua yang lainnya ngontrak. Hati-hati juga nih, nanti kita bisa lupa sama tujuan Allah menciptakan kita (manusia). FirmanNya, “ Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS 51:56)

Ketiga, bukan rahasia lagi kalau di jaman serba permisif ini seks udah jadi bumbu penyedap dalam pacaran (Majalah Hai edisi 4-10 Maret 2002). Majalah Kosmopolitan juga mengadakan riset di lima universitas terbesar di Jakarta, dan ternyata dari yang mengaku pernah melakukan aktivitas seksual, sebanyak 67,1% pertama kali melakukan dengan pacarnya.

Memang banyak orang pacaran awalnya enggak menjurus ke sana. Tapi gara-gara sering berdua, ada kesempatan, dan diem-diem syetan udah ngerubung, yah terjadilah. Pertama pegang tangan, terus rangkul pundak, terus cium pipi, terus…..terus…..wah bisa kebablasan deh. Jangan salah lho, agama kita melindungi kita dengan melarang melakukan perbuatan-perbuatan itu. FirmanNya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu pekerjaan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS 15:32) Ternyata Al Quran udah melakukan tindakan preventif dengan melarang mendekatinya, bukan melarang melakukannya. Rasulullah SAW juga bersabda, “Seandainya kamu ditusuk dengan jarum besi, maka itu lebih baik bagimu daripada menyentuh perempuan yang tidak halal bagimu.” Jadi pegang-pegangan tangan juga mesti dihindari tuh.

Keempat, ternyata pacaran bukan jaminan akan berlanjut ke jenjang perkawinan. Banyak orang di sekitar kita yang sudah bertahun-tahun pacaran ternyata kandas di tengah jalan. Pacaran pun tidak menjadikan kita tahu segalanya tentang si dia. Banyak yang sikapnya berubah setelah menikah.

Kalaulah kini kita tahu praktek pacaran nggak menjadi suatu jaminan bahkan banyak melanggar aturan Allah dan tidak mendapat ridhoNya, masihkah kita yang mengaku hambaNya, yang menginginkan surgaNya, yang takut akan nerakaNya, masih melakukannya? Tapi kalau bukan dengan pacaran, gimana caranya ketemu jodoh? Jaman sekarang kan kita enggak bisa gampang percaya sama orang, jadi perlu ada penjajagan. Islam punya solusi yang mantap dan OK dalam memilih jodoh. Istilahnya ngetop dengan nama Ta’aruf, artinya perkenalan.

Pertama, ta'aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah. Jadi kalau salah satu atau keduanya nggak merasa sreg bisa menyudahi ta'arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta'aruf, yang Insya Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta'ala, kalau tidak cocok bertawakal saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.

Kedua, ta'aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi mengenai diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya. Bahkan kalau kita tidurnya sering ngorok, misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak menimbukan kekecewaan di kemudian hari. Begitu pula dengan kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, enggak bisa masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon enggak bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu tuh).

Ketiga, dengan ta'aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?

Keempat, melalui ta'aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan. Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap berdasarkan dialog dengan Allah melalui sholat istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.

Kelima, kalau memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta'aruf ke khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama. Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan "digantung" pada pihak perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah Rasulullah yaitu menikah.

Keenam, dalam ta'aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat (berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.

Nah ternyata ta'aruf banyak kelebihannya dibanding pacaran dan Insya Allah diridhoi Allah. Jadi, sahabat……..kita mau mencari kebahagian dunia akhirat dan menggapai ridhoNya atau mencari kesulitan, mencoba-coba melanggar dan mendapat murkaNya? :)

Sunday, 29 May 2011

Ini Pundakku, Mana Bebanmu...

Kemarin sore bus jurusan Blitar- Malang yang saya tumpangi mendadak mogok. Sudah dicoba berkali-kali, namun sopir tetap gagal menghidupkan mesin bus yang sudah sarat penumpang itu. Sebagian besar penumpang berkesah, peluh pun menjadi hiasan seragam semua penumpang. Sepuluh menit sudah kendaraan itu mogok, hingga akhirnya kondektur berteriak minta tolong kepada penumpang laki-laki untuk membantu mendorong bus besar itu.


Dan, tidak lebih dari lima orang yang turun. Saya salah satunya. Kami pun mendorong sekuat tenaga, namun bus hanya bergerak sedikit. Sopir pun mulai keluar suaranya untuk minta tolong penumpang laki-laki yang lain agar membantu mendorong, kemudian beberapa orang lagi turun. Lagi, dengan sekuat tenaga perlahan bus pun bergerak namun mesinnya masih belum hidup. Harus didorong sekali lagi, padahal sudah tiga kali kami mendorongnya. Tenaga pun sudah lah terkuras, saya melihat ke dalam bus masih banyak laki-laki sehat dan bugar berdiri dan duduk tenang.


Ya sudahlah, komando dari kondektur menggerakkan tangan-tangan kami untuk kembali mendorong, dan berhasil. Tidak sia-sia nafas tersengal dan peluh membasahi pakaian, yang penting bus bisa jalan. Ada kepuasan tersendiri saat bus itu melaju kembali sambil berdoa agar tidak lagi mogok, sungguh, tenaga ini sudah habis. Saya yakin orang-orang yang tadi bersama saya mendorong pun merasakan kepuasan yang sama, melebihi kepuasan orang-orang yang hanya duduk dan berdiri tenang di dalam bis selama mogok tadi.


Rasanya, saya ingin sekali merasa egois saat bus itu mogok dengan tetap di dalam dan tak perlu turun untuk membantu mendorong, tapi kalau saja saya menyaksikan orang-orang berpeluh mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mendorong dan saya diam saja, pasti jiwa saya sedang kacau. Bus yang mogok itu memang bukan urusan saya, tapi akan menjadi urusan saya jika saya berada di dalamnya. Jika tidak ada orang-orang yang turun untuk membantu mendorong, apakah bus akan sampai di tujuan?


Saya juga ingin sekali menumpahkan kekesalan saya, tapi apakah dengan marah-marah saja tanpa turun tangan membantu mendorong bisa menghidupkan mesin bus? Seharusnya saya tetap diam karena sudah membayar ongkos bus dan soal mesin yang mati itu bukan tugas saya. Saya bisa saja turun dan menunggu bus berikutnya yang akan membawa saya ke Tangerang. Tapi seandainya saya melakukan itu, pastilah ada bagian otak saya yang sedang terganggu.


***


Seorang mukmin yang baik adalah mereka yang berani berkata, "Ini pundakku, mana bebanmu". Dan bukan mereka yang menjadi beban bagi orang lain. Andai pun ia tak mampu membantu orang lain meringankan bebannya, bantu lah diri sendiri untuk tidak membebani orang lain. Seperti halnya bus yang mogok kemarin, jika tidak mau atau tak mampu membantu mendorong, turunlah dari bus agar Anda tidak menambah berat beban bagi yang mendorong.


Sebuah pelajaran di sore hari

Popular Posts